Pengumuman:
Keringanan pembayaran UKT bagi mahasiswa minimal semester 9, silakan cek situs web resmi fakultas.

Koto Gadang Warisan Budaya Akulturasi antara Minangkabau dan Belanda

Sumber: KKN Tematik Koto Gadang Universitas Andalas 2018
Balai Adat Nagari Koto Gadang

Koto Gadang merupakan salah satu nagari yang ada di Kecamatan IV Koto Kabupaten Agam Sumatera Barat. Koto Gadang dicanangkan sebagai prototype atau percontohan nagari terbaik yang akan dibawa dalam perlombaan nagari/desa tingkat nasional. Koto Gadang terdiri atas tiga jorong yaitu, Koto Gadang, Ganting, dan Sutijo. Jorong Koto Gadang menjadi pusat pemerintahan karena letak kantor wali nagari Koto Gadang berada disana. Letak Jorong Koto Gadang berdekatan dengan Jorong Ganting, sedangkan untuk Jorong Sutijo letaknya terpisah dengan jorong yang lainnya. Koto Gadang termasuk daerah dengan curah hujan yang tinggi sehingga cuacanya seringkali dingin. Ini juga disebabkan letak Koto Gadang yang berdekatan dengan Ngarai Sianok.

Budaya Belanda dan Minangkabau menyatu di Nagari Koto Gadang. Hal ini dapat dilihat dari rumah masyarakat Koto Gadang yang berarsitekturkan rumah-rumah Belanda. Arsitektur yang khas ini membuat Koto Gadang dijadikan sister village dari salah satu desa yang ada di Belanda karena kemiripannya. Masyarakat Koto Gadang, terkhususnya orang-orang tua fasih dalam berbahasa Inggris, hal ini dibuktikan langsung oleh penulis saat melihat bagaimana seorang Ibu Koto Gadang menyambut pelancong luar negeri yang berkunjung ke Koto Gadang dengan bahasa Inggris yang lancar. Meski begitu, di nagari ini budaya Minangkabau masih sangat kental. Masyarakat Koto Gadang pada umumnya mencari nafkah dari menyulam. Umumnya, setiap keluarga memiliki keahlian menyulam yang dijadikan tambahan pemasukan. Keahlian menyulam ini didapatkan secara turun temurun oleh masyarakat Koto Gadang. Anak-anak yang telah duduk di bangku sekolah dasar telah diajari oleh Ibu mereka bagaimana untuk menyulam agar mereka bisa mencari pemasukan sendiri.

Sulaman Koto Gadang
Silver Work Amai Setia

Tidak hanya terkenal karena hasil sulamannya, Koto Gadang juga terkenal dengan kerajinan perak. Terdapat banyak usaha Silver Work atau pengrajin perak di nagari Koto Gadang, dan salah satu yang terkenal adalah Silver Work Amai Setia. Kerajinan perak ini biasanya berupa cincin, gelang, ataupun aksesoris lainnya. Biasanya, harga satu buah kerajinan ditentukan berapa gram perak yang dipakai untuk tiap aksesoris.

Selain budayanya, Koto Gadang terkenal dengan kuliner Gulai Itiak Lado Hijau. Orang-orang yang berkunjung ke Koto Gadang biasanya “memburu” kuliner yang satu ini. Hal tersebut dikarenakan menurut pengunjung Gulai Itiak Lado Hijau yang paling enak ada di Koto Gadang. Harga yang ditawarkanpun cukup terjangkau. Untuk satu ekor itiak (bebek) dipatok dengan harga Rp157.000,00.

Dengan beragam pesonanya, Koto Gadang merupakan warisan budaya akulturasi antara budaya Minangkabau dengan Belanda. Untuk itu hendaknya warisan budaya ini tetap kita jaga kemurniannya.

Penulis merupakan mahasiswa Sistem Informasi 2015 dan peserta KKN Tematik Koto Gadang Universitas Andalas 2018

(Penulis : Marizka , Editor : Galuh Permana)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *