Pengumuman:
Keringanan pembayaran UKT bagi mahasiswa minimal semester 9, silakan cek situs web resmi fakultas.
Opini  

Ekslusi Sosial Terhadap Anak Jalanan

Sumber : https://disk.mediaindonesia.com

Apa itu Eksklusi Sosial?

Salah satu isu sosial yang penting adalah masalah eksklusi sosial. Secara terminologis, yang dimaksud dengan eksklusi sosial adalah suatu proses yang membatasi akses sumber daya bagi seseorang atau sekelompok orang untuk dapat berpartisipasi di dalam kehidupan sosial, politik, atau ekonomi. Eksklusi sosial muncul sebagai isu sosial yang penting karenamencakup banyak kelompok dan mempengaruhi keberagaman di dalam masyarakatdan memiliki dampak yang luas terhadap kebijakan serta program dan berbagai praktek sosial yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan sosial.

Apa itu Anak Jalanan?

Secara konseptual anak jalanan memang masuk ke dalam pekerja anak, namun secara praktik anak jalanan lebih banyak dianggap sebagai kelompok khusus yang memiliki banyak perbedaan dari pekerja anak. Oleh karenanya, anak jalanan merupakan anak yang dipaksa keberadaannya oleh suatu keadaan (faktor ekonomi, keharmonisan, keluarga, kriminalitas, dan sebagainya) yang ia sendiri tidak menghendakinya, sehingga membuat dirinya harus mempertahankan eksistensinya sebagai layaknya manusia dewasa untuk terus hidup dengan bekerja apa saja, dimana saja, dan kapan saja mereka bisa. (R. Moh. Yakob W., 2000:17)

Eksklusi Sosial terhadap Anak Jalanan

Contoh eksklusi sosial sangat banyak dan beragam, salah satunya adalah anak jalanan. Anak jalanan merupakan golongan sosial yang cenderung lemah. Faktanya, banyak dari anak jalanan memang berasal dari keluarga miskin, namun ada juga dilatarbelakangi oleh penyimpangan kepribadian dan faktor luar dari anak jalanan tersebut. Hal tersebut yang membuat anak melakukan kegiatan di jalanan. Kondisi tersebut juga terjadi akibat tidak terpenuhinya kebutuhan hidup sehingga anak jalanan memiliki tatanan hidup sendiri untuk mempertahankan dirinya. Gaya hidup anak jalanan menjadi sebuah ciri khas dari sebuah kehidupan jalanan. Terlantarnya anak jalanan dan kurangnya pengawasan orang tua akan memengaruhi kesehatan fisik, mental, serta keselamatan diri mereka karena akan rentan terjadinya berbagai bentuk tindak kekerasan pada mereka.

Di sisi lain, masyarakat juga cenderung menunjukkan rasa kesal terhadap anak jalanan yang dianggap tidak mau berusaha mencari kehidupan yang lebih baik. Namun, kita tidak dapat sepenuhnya menyalahkan anak jalanan karena mereka membentuk pola pikir mereka sendiri untuk bertindak dalam komunitasnya guna bertahan hidup. Mereka telah terbiasa dengan kehidupan keras tanpa pendidikan yang layak sehingga memang sangat sulit bagi mereka untuk berpikir seperti kita dalam hal menata masa depan. Dalam permasalahan anak jalanan, inti dari masalah sebenarnya bukan hanya materi saja, tapi juga masalah pola pikir dan mental yang masih belum maju untuk dapat memikirkan masa depan yang lebih baik. Untuk menanggulangi masalah anak jalanan, perlunya perubahan pola pikir anak jalanan itu sendiri supaya mereka tidak merasa puas dengan kemudahan semu yang ada di jalanan.

Keberadaan anak jalanan tidak terlepas dari peranan dan kebijakan dari negara yang belum tuntas dan komprehensif ditangani. Proses dari peminggiran masyarakat atau eksklusi sosial secara sistematik terlihat jelas bahwa pemerintah kurang berpihak pada anak jalanan. Penanganan terhadap masalah anak jalanan pun sering tidak tepat. Hal ini yang menyebabkan permasalahan sosial yang melingkupinya tidak pernah selesai bahkan cenderung terus meningkat.

Sebagai langkah awal yang dilandasi pemikiran untuk mengatasi masalah anak jalanan ini ada beberapa hal yang dapat dilakukan, yaitu menerima keberadaan anak jalanan sebagai bagian dari anggota masyarakat. Tujuannya adalah untuk menghilangkan pandangan terhadap anak jalanan sebagai sampah masyarakat. Kemudian sebaiknya pemerintah dan masyarakat lebih berupaya untuk mencegah timbulnya kembali anak jalanan dengan melakukan evaluasi pada kebijakan-kebijakan terkait penanganan anak jalanan ini karena terlihat bahwa kebijakan yang dibuat terkesan untuk kepentingan sepihak saja tanpa memikirkan solusi terbaik bagi anak jalanan tersebut. Contohnya, merazia anak jalanan yang kemudian dimasukkan ke panti atau rumah singgah tanpa ada tindak lanjutnya. Hal ini yang harus menjadi prioritas utama pemerintah untuk memikirkan tindak lanjut setelah seorang anak jalanan keluar dari rumah singgah atau panti, agar mereka tidak hidup dan bekerja di jalanan lagi. Kemudian program-program bagi anak jalanan juga harus diawasi penganggarannya, agar tidak salah target dan dapat digunakan seoptimal mungkin karena program bagi anak jalanan ini hanya didasarkan pada proyek anggaran saja, bukan memperhitungkan kebutuhan yang harus dipenuhi sesuai dengan minat dan bakat anak jalanan tersebut. Pemerintah juga dapat memberikan program-program sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan penyediaan lapangan kerja untuk mengatasi masalah anak jalanan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

 

Penulis : Annisa Wirda Resti (Teknik Komputer 2018)

Editor : Egita Lorenza

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *